Side Event: Bedah Buku Islam Nusantara
Sabtu, 30 November 2019 - 15:00PAITON, ALFIKR.CO- Serangkaian Side Event memeriahkan acara Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) ke-I PWNU Jatim di Pondok Pesantren Nurul Jadid terus digelar. Salah satunya adalah "Bedah buku Islam Nusantara" di Auditorium SMA Nurul Jadid, Sabtu (30/11).
Dalam acara ini dihadiri oleh 3 narasumber yakni KH Syafruddin Syarif, Khatib Syuriah PWNU Jatim, KH Zainul Mun'im Husni, Lc, Dosen Universitas Nurul Jadid Probolinggo, M.HI, dan Dr Musholli, MA, Mudir Ma'had Aly Nurul Qodim Probolinggo.
KH Syafruddin sebagai pemateri pertama menjelaskan bahwa Islam nusantara adalah barang lama yang dikemas dengan casing baru. "Maka dari itu jangan sampai salah persepsi akan hadirnya Islam Nusantara," katanya.
"Islam Nusantara adalah Islam yang sesuai dengan kebiasaan orang di Nusantara. Seperti kebiasaan pada acara hamilan yang ada selamatannya. Safar kita bersedekah karena kita dianjurkan sedekah. Halal bii halal pada bulan Syawal yang kesemuanya itu tidak ada di selain Nusantara," jelasnya.
Sedangkan KH Zainul Mun'im Husni, Lc, memberikan pemateriannya dengan mengatakan bahwa dalam buku tersebut secara manhaj tidak ada masalah. Beliau mengungkapkan dengan mencatumkan 3 alasan. pertama, ajaran Islam memiliki elastisitas yang tinggi sehingga bisa berakulturasi dengan lokalitas dan kekinian tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama.
Kedua, adanya karakteristik keadaerahan pada Islam merupakan kenyataan yang tidak bisa disangkal sehingga warna dan coraknya menjadi beragam. Ketiga, adanya beberapa hadis yang jelas-jelas memberi ruang bagi konsep lokalitas dan kekinian Islam.
Berbeda dengan Dr Musholli, MA, dia lebih pada mengkritik buku Islam Nusantara. Menurutnya buku tersebut sangat minim tercantum referensi dari karya ulama nusantara. Dari 49 referensi hanya ada 6 referensi dari karya ulama Nusantara.
"Bagaimana bisa menjadi manhaj, apabila masih miskin literatur. Apakah sudah kaya literatur, hanya saja tidak percaya diri dengan literatur kita sendiri. Atau kita masih alergi, menganggap kurang barokah jika memakai karya ulama nusantara," uangkapnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kritiknya bisa menjadi masukan pada Lemabaga Batsul Masaail (LBM) untuk memperbaiki dan merombak buku tersebut. "Sehingga banyak dicantumkan produk asli ulama nusantara, dan bukan lagi memandang lebih wah kepada karya ulama timur tengah," tandasnya.
Pada acara bedah buku ini dihadiri oleh sekitar 130 peserta yang terdiri dari siswa di lingkungan Nurul Jadid, Mahasiswa dan Dosen Universitas Nurul Jadid dan simpatisan.