Habib Abdul Qodir Bin Zaid Ba’abud Jelaskan Modal Utama Berdakwah
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 04:24ALFIKR.CO, PAITON- Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo di tahun ini dihadiri penceramah Habib Abdul Qodir Bin Zaid Ba’abud, Kraksaan, Probolinggo, Kamis malam (29/10/2020). Salah satu yang menjadi pembahasannya yakni mengenai kunci-kunci sukses dalam melaksanakan misi dakwah di masyarakat.
Dari atas panggung acara yang bertempat di Halaman Kantor Pesantren, Habib Abdul Qodir menyampaikan sebuah wasiat yang berasal dari Habib Abu Bakar as-Segaf. Wasiat tersebut, menurutnya harus diterapkan oleh semua orang yang mempunyai niatan berdakwah, seperti santri ketika pulang ke masyarakat.
“Modal utama seorang pendakwah yang ingin mengajak manusia kepada Allah, modalnya ada empat. Kalau kurang dari empat ini, maka dakwahnya tidak akan memberikan bekas dan tidak akan menghasilkan sesuatu,” jelasnya.
Pertama, harus mempunyai sifat zuhud. “Dai kalau sudah antem kromo (baca: pukul rata) tanpa saringan, mauidzahnya tidak didengarkan sama orang,” tuturnya.
Kedua, berdakwah harus mempunyai ilmu. Menurutnya hal ini juga sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Ballighu ‘aani walau ayat. “Ayat yang kamu ketahui satu ayat. Lah kamu nyampaikannya tiga ayat, (padahal, red) tahunya satu. Ribanya itu dari kamu yang buat sesat,” tegasnya. Selain itu, beliau juga menambahkan, bahwa seseorang harus memiliki modal ilmu.
Ketiga, harus memiliki kecerdasan. Beliau menjelaskan bahwa dalam berdakwah harus cerdas membumikan bahasa agar mudah dipahami oleh masyarakat. Bukan berdakwah secara tekstual.
Habib lulusan Yaman ini juga memaparkan, pembahasan dari Habib Umar tentang kecerdasan dalam berdakwah harus mengatur akal pikiran untuk menyelamatkan manusia dengan pelbagai macam cara dan, lanjutnya, harus dibarengi dengan sikap.
Lebih rinci lagi, Habib Abdul Qodir, menjelaskan pandangan Habib Umar tentang pandangan dakwahnya. Menurutnya, berdakwah bukan dengan yang tidak santun, misal mudah mengharam-haramkan, “dakwah itu adalah mengelola otak kita. Bagaimana orang yang (awalnya, red) tidak salat jadi salat,” tegas Habib Qodir
Keempat, al-mudaroh. Menjadi dai harus menanamkan sifat rahmat supaya tidak mudah menyakiti orang lain. selain itu, agar sifat rahmat itu juga menyebar pada semua makhluk. “Nampakkan sifat rahmat itu kepada orang yang mencaci dan menyakiti kamu. Orang yang seperti itu lebih pantas dirahmati daripada keluargamu,” katanya.
Kenapa orang yang telah mencaci lebih pantas untuk diberi rahmat? Beliau menegaskan, jangan sampai orang yang mencacimu sampai masuk neraka atau tidak mempunyai keturunan sholeh. Maka dari itu, rahmatilah mereka.
Selain modal empat tersebut, Habib Abdul Qodir, juga menyampaikan bahwa ada dua hal penting dalam menjalankan misi dakwah yakni membawa amanah dari Nabi yang diemban setiap orang yang berdakwah. Kedua yang tidak kalah penting adalah menyampaikan ajaran serta warisan Nabi dengan cara-cara yang santun.
“Ada tiga cara menyampaikan (ajaran, red) ke masyarakat, pertama, terkadang di beberapa keadaan kita lebih baik diam, menghadapi seseorang terkadang cukup dengan senyum, terkadang kita perlu berpaling (menghindar, red) di sebagian keadaan,” pungkasnya.