Liburan Keluar Negeri, Orang Indonesia Harus Mempertimbangkan Ini?

Selasa, 03 November 2020 - 19:51
Bagikan :
Liburan Keluar Negeri, Orang Indonesia Harus Mempertimbangkan Ini?
Foto: ANTARA/Anis Efizudin

Liburan Keluar Negeri, Orang Indonesia Harus Mempertimbangkan Ini?

ALFIKR.CO- Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia, Hermawan Saputra berharap masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri, khususnya untuk liburan sampai vaksin Covid-19 ditemukan.

"Vaksin itu bukan harapan segalanya, tetapi vaksin akan membantu sebagai support of primary prevention, mendukung upaya pencegahan," kata dia, dilansir di Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Pernyataan serupa juga disampaikan Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Pauline Suharno. Diprediksi masyarakat Indonesia akan merasa aman liburan ke luar negeri saat vaksin sudah ditemukan.

Menurut dia, masyarakat saat ini cenderung terbagi dua. Ada yang memang sangat perhatian terhadap keamanan selama pandemi dan ada juga yang cenderung cuek.

Bagi mereka yang cukup peduli, cenderung akan menunda perjalanan liburan ke luar negeri sampai setelah vaksin ditemukan.

Mereka masih belum merasa aman untuk liburan ke luar negeri, meski telah mengetahui bahwa di pesawat pun ada teknologi khusus yang memastikan udara tetap bersih.

Menurut Pauline, masyarakat yang lebih sadar ini biasanya berasal dari kalangan berpendidikan. Mereka pula yang selama ini lebih sering bepergian ke luar negeri, baik untuk liburan atau pekerjaan.

Dengan keadaan pandemi seperti ini, orang-orang cenderung akan menahan diri untuk bepergian. Apalagi untuk bepergian jarak jauh.

“Ya kita prediksinya kalau vaksin sudah keluar. Kemudian negara-negara juga lebih banyak yang membuka perbatasannya, terutama negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand,” ungkap Pauline, dikutip di kompas.co.

Menurut dia jika negara-negara tetangga yang jaraknya relatif dekat itu membuka perbatasan, diprediksi masyarakat pun akan bisa lebih percaya diri untuk liburan ke luar negeri.

Khususnya negara-negara yang sangat mengandalkan pergerakan turis inbound, dipastikan akan membuka perbatasan mereka cepat atau lambat. 

Pauline membandingkan situasi ini dengan ketika pariwisata domestik di Indonesia kembali dibuka. Misalnya saat liburan panjang di akhir Oktober 2020, banyak masyarakat yang kemudian berlibur ke destinasi yang tidak jauh dari Ibu Kota, seperti Bandung.

Saat negara-negara luar makin banyak yang membuka pintu perbatasannya, masyarakat yang cenderung nekat mungkin akan langsung bepergian. Hal itu karena akumulasi rasa jenuh selama di rumah saja.

“Mumpung murah mungkin ya, jenuh juga. Tapi bisa juga mereka terlalu percaya diri. Mungkin lihat cerita orang-orang yang sembuh dan mereka jadi mikir enggak apa-apa,” sambung Pauline.

Penulis
Herman
Editor
M. Risky

Tags :