Jembatan Ambruk, PMII Probolinggo: Pemerintah Jangan Hanya Membangun Tapi Alpa Merawat

Sabtu, 10 September 2022 - 00:07
Bagikan :
Jembatan Ambruk, PMII Probolinggo: Pemerintah Jangan Hanya Membangun Tapi Alpa Merawat
Penampakan jembatan gantung penghubung dua desa di Kabupaten Probolinggo pasca ambruk. (Foto: SuaraIndonesia.com)

alfikr.id, Probolinggo - Jembatan gantung yang menghubungkan dua kecamatan di Kabupaten Probolinggo ambruk pada, Jumat (9/9/2022). Jembatan gantung itu, menghubungkan Desa Pajarakan Kulon, Kecamatan Pajarakan dengan Desa Kregenan, Kecamatan Kraksaan.

“Memang ini jalan penghubung warga,” ucap Hariadi, warga Dusun Kapasan, Desa Pajarakan Kulon, seperti dikutip dari Wartabromo.com.

Ketika peristiwa itu terjadi, puluhan siswa SMPN 1 Pajarakan  tengah melintas di jembatan. Diketahui para siswa pun terjatuh dari ketinggian jembatan sekitar 10 meter dari permukaan air sungai.

Mengutip dari Tribunnews.com Camat Pajarakan Rachmad Hidayanto mengatakan, jika jembatan itu memiliki lebar sekitar 1,5 meter dan panjang 50-60 meter.

Sementara itu, Kapolsek Pajarakan, Iptu Eko Purwadi menyebut berdasarkan keterangan yang dihimpun kalau jembatan itu telah berusia 20 tahun.

Asisten II Setda Kabupaten Probolinggo, Hasyim Asy’ari menyebutkan, korban yang tercatat sebanyak 15 orang, 5 di antaranya sudah dipulangkan dan 10 orang lainnya masih dalam rawat inap.

"Seluruh pembiayaan ditanggung oleh Pemda, kami sudah berkoordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan untuk menyampaikan kepada pihak Rumah Sakit," terangnya.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahjo Saputra berdalih, bahwa penyebab putusnya jembatan gantung di Desa Kregenan tersebut diduga karena kelebihan beban.

"Banyak siswa SMPN 1 Pajarakan melakukan jalan santai melewati jembatan gantung itu yang menyebabkan overload, sehingga cantolan pemberat jembatan yang berada di ujung jembatan patah," katanya dalam rilis yang diterima ANTARA di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

M. Zia Ulhaq, Ketua Umum Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo menilai, ambruknya jembatan tersebut murni karena kelalaian pemerintah Kabupaten Probolinggo terhadap infrastruktur yang ada.

"Iya, karena faktor ambruknya jembatan itu disinyalir terlalu tua dan sudah kropos," jelasnya. Hasyim Asy’ari mengaku bahwa jembatan tersebut dibangun pada tahun 2001 lalu. Dan ia juga mengaku bahwa selama ini tak pernah ada perawatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo.

“Karena dulu memang tidak dibangun oleh Pemda. Bukan pakai APBD. Tapi dibangun oleh pihak lain,” dalihnya. 

Zia menegaskan kinerja Pemerintah Kabupaten Probolinggo perlu dievaluasi agar bisa lebih baik lagi. Sebab ia menilai kejadian tersebut merugikan masyarakat. Menurutnya ada korban langsung dan tidak langsung dari ambruknya jembatan itu.

Bagi pria yang akrab disapa Yayak, jembatan itu merupakan akses mobilitas masyarakat. Dari jembatan itu perputaran ekonomi, kata Yayak, terbangun. 

"Harus evaluasi. Biar kejadian tersebut tidak terulang kembali. Sebab banyak merugikan masyarakat, juga masyarakat yang melintas akan menjadi korban," tandasnya 

PC PMII Probolinggo pernah melakukan jajak pendapat bertajuk Kepuasan Masyarakat terhadap Kinerja Pemerintah Kabupaten Probolinggo. Pelbagai sektor menjadi instrumen dalam survey itu, salah satunya sektor infrastruktur. 

Temuan mereka menunjukkan, sebanyak 52,7 persen responden menjawab bahwa infrastruktur di Kabupaten Probolinggo kondisinya kurang baik, 18,9 persen menjawab tidak baik. Ada sebanyak 16,2 persen menjawab cukup baik, dan 12,2 persen baik. 

“Dari situ bisa dilihat jika respon masyarakat terhadap infrastruktur Kabupaten Probolinggo menunjukkan tren kurang baik,” tegas Yayak. 

Infografis: Hasil survey PC PMII Probolinggo

Jawaban responden itu, kata Yayak, menegaskan bahwa infrastruktur yang dibangun di Kabupaten Probolinggo kondisinya memprihatinkan. Ia mencontohkan di beberapa ruas jalur Pantura masyarakat masih akrab dengan jalan raya yang aspalnya tak lagi rata karena kondisinya tambal sulam.

Belum lagi beberapa jembatan di Kabupaten Probolinggo yang usianya tak lagi muda. Jembatan gantung yang menghubungkan dua desa itu  hanya satu dari sekian banyak jembatan-jembatan berusia tua lainnya. 

Itu sebabnya, Yayak mengingatkan, ambruknya jembatan tersebut menjadi momentum evaluasi pemerintah. Ia juga mewanti-wanti untuk memperhatikan kegunaan infrastruktur yang hendak dan sedang dibangun.

Sebab ia menilai infrastruktur yang hari ini digenjot oleh pemerintah justru tidak bersinggungan langsung dengan masyarakat akar rumput. “Yang digenjot jalan tol, tapi jembatan penghubung ekonomi desa, luput,” katanya.

Di sisi lain, infrastruktur yang lain pemerintah perlu betul-betul serius memperhatikan dan melakukan perawatan. “Jangan hanya membangun tapi alpa merawat.”

Penulis
Abdul Razak
Editor
Adi Purnomo S

Tags :