Kematian Santri, Aan Anshori: Pesantren Refleksi, Pemerintah Harus Berani

Sabtu, 10 September 2022 - 20:41
Bagikan :
Kematian Santri, Aan Anshori: Pesantren Refleksi, Pemerintah Harus Berani
Ilustasi Pesantren Darussalam Gontor

alfikr.id, Ponorogo-Kasus kematian santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo ramai diperbincangkan. Aan Anshori, Jaringan Islam Antidiskriminasi mengatakan mencuatnya sejumlah aksi kekerasan di lingkup pesantren menjadi awan gelap bagi pesantren. 

Ia menyebut tindakan kekerasan yang terjadi di lingkup pesantren merupakan fenomena gunung es. Pasalnya ia menilai lingkup pesantren yang tertutup, senioritas, model pembelajaran yang mentolerir kekerasan dianggap menjadi penyebab praktik kekerasan di lingkungan pesantren.

“[Kasus kekerasan di Pesantren Gontor] ini kan [mengemuka] karena orang tuanya ngomong dan enggak terima. Apa ada jaminan bahwa ini adalah satu-satunya kasus?” jelas Aan kepada wartawan BBC News Indonesia, Rabu (07/09/2022).

Dosen Religion School of Entrepreneurship and Humanities di Universitas Ciputra Surabaya itu mengatakan sudah saatnya pesantren mulai melakukan refleksi. Ia menerangkan sistem tentang senioritas dan junioritas menjadi cikal bakal dan tunas dari praktik kekerasan di pesantren 

Di samping itu, alumni pesantren Tambakberas Jombang ini juga mengatakan masihbanyak pesantren yang menerapkan model pendidikan yang mentolerir penggunaan kekerasan. Secara normatif, ia menerangkan, semua institusi pendidikan termasuk pesantren itu tidak mentolerir adanya kekerasan. 

“Tapi ketika kekerasan terjadi atas nama penegakkan aturan, di sinilah kemudian banyak pesantren memilih untuk permisif,” terangnya. 

Permisif itu, kata Aan, mentolerir penggunaan kekerasan untuk kepentingan edukasi. Ia mencontohkan, ketika ada salah satu santri yang mencuri uang teman sesama santrinya, banyak pesantren lebih memilih untuk menyelesaikan ini secara privat ketimbang menyerahkannya pada kepolisian, lalu dibina sendiri. 

“Pembinaan ini yang kemudian menjadi potensi pintu masuk kekerasan,” ujarnya. 

Alih-alih mencegah kekerasan, Aan melihat, sistem pendidikan semacam itu justru menjustifikasi praktik kekerasan, baik yang dilakukan oleh sesama santri, maupun oleh otoritas pesantren. 

“Ini sudah saatnya teman-teman pesantren mulai melakukan reformasi besar-besaran mengenai sistem pendidikan yang ada di sana,” katanya. “Jika model pembelajaran tak diubah, mau tidak mau praktik kekerasan terhadap santri akan terus terjadi,” tegas alumni Pesantren Darul Falah di Kediri. 

Pemerintah Harus Hadir

“Aku meyakini bahwa tidak hanya soal Gontor, di institusi pendidikan yang di mana negara jarang hadir, praktik kekerasan fisik itu sangat mungkin seperti fenomena gunung es,” tegas Aan Anshori dikutip dari BBC Indonesia. 

Ia mendesak Kementerian Agama untuk membuat aturan konkrit yang menekankan pentingnya pesantren yang ramah anak dan perempuan. Sebab, Aan melihat bahwa banyak pesantren di Indonesia yang belum menekankan pentingnya perlindungan anak dan perempuan dalam tata tertibnya.

“Pemerintah harus berani memastikan bahwa semua institusi pendidikan, termasuk pesantren yang jumlahnya lebih dari 30.000 di Indonesia, harus mempunyai standar operasional prosedur menyangkut pesantren yang ramah anak, termasuk setiap pesantren harus membekali siswa dan siswinya terkait dengan early warning system terkait kekerasan,” ungkap Aan. 

Diberitakan sebelumnya kasus penganiayaan santri asal Palembang, Sumatera Selatan, yang terjadi di Ponpes Modern Darussalam Gontor mencuat usai ibur korban mengadu ke pengacara Hotman Paris di kanal medsos Instagramnya, "HOTMAN 911".

Kepada Hotman, Soimah  menangis dan meratapi kematian anaknya yang disebutnya tidak wajar. Dalam video singkat tersebut, Hotman Paris langsung meminta Kapolda Jatim untuk menindaklanjuti pengaduan ini.

"Hallo Pak Kapolda Jatim. Ini ada ibu yang anaknya meninggal diduga akibat penganiayaan," ujar Hotman dalam unggahan videonya.

Penulis
Adi Purnomo S
Editor
Abdul Haq

Tags :