Tradisi Tabuik: Upacara Peringatan Wafatnya Hussein Bin Ali
Jum'at, 07 Oktober 2022 - 22:04alfikr.id, Sumatra- Kota Pariaman dikenal sebagai pusat pengembangan ajaran Islam tertua di pantai barat Sumatera. Di kota ini terdapat perayaan tahunan masyarakat Sumatera Barat yang dikenal dengan Upacara Tabuik. Upacara ini diperkirakan ada sejak abad ke-19 masehi dan berlangsung puluhan tahun lalu.
Upacara tabuik atau yang lazim juga disebut dengan batabuik (pesta tabuik), merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Pariaman.
Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab 'tabut' yang bermakna peti kayu. Nama tersebut di ambil dari legenda kemunculan makhluk berwujud kuda yang bersayap dan berkepala manusia (buraq).
Legenda tersebut menceritakan tentang buraq yang membawa peti berisi potongan Hussein, yang kemudian diterbangkan kelangit. Berdasarkan legenda inilah masyarakat Pariaman membuat ritual ini.
Rangkaian tradisi Tabuik di mulai dari Prosesi mengambil tanah yang dilaksanakan pada 1 Muharram, kemudian Menebang batang pisang pada hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7, dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya.
Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban. Dan di hari puncak, dilakukan ritual tabuik naik pangkek, kemudian dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Di acara penutup, menjelang maghrib tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.
Menukik dari indonesiakaya.com, Menurut kisah yang diterima masyarakat secara turun-temurun, ritual ini diperkirakan muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi.
Tradisi Tabuik pada masa itu masih kental dengan pengaruh dari timur tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India Penganut Syiah. Namun semejak tahun 1910 tradisi tersebut suda disesuaikan dengan adat istiadat Minangkabau.
Tradisi ini terdiri dari dua macam. pertama, Pasa (pasar) merupakan wilayah yang berada di sisi selatan sungai yang mendukung kota hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Sedangkan tabuik subarang (seberang), berasal dari wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.
Awalnya, Tabuk tabuik hanya ada satu, namun pada tahun 1915 tradisi tersebut dibuat di daerah seberang Sungai Pariaman atas izin tetua adat Pariaman.
Di lansir dari lokaldata.co.id, Perhelatan Tradisi Tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dalam perang Karbala.
Sejak 1982, acara tabuik menjadi bagian dari kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman. Setiap tahunya puncak gelaran Tradisi Tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat.