Tradisi Dikee Pam Panga; Sarana Media Dakwah Islam

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 04:21
Bagikan :
Tradisi Dikee Pam Panga; Sarana Media Dakwah Islam
Para pemuda Aceh saat melaksanakan Tradisi Dikee Pam Panga. [Sumber: Kompas.id]

alfikr.id, Aceh - Tradisi Dikee Pam Panga merupakan peninggalan seorang ulama’ Aceh yang bernama Tengku Hamzah. Istilah  Dikee memiliki arti zikir dan Pam artinya merebahkan badan, sedang Panga merujuk pada nama Kawasan di Kabupaten Aceh.

Dilansir dari halaman Kompas.id, pada mulanya tradisi ini dilakukan sebagai sarana media dakwah Islam. Namun seiring berjalannya waktu, Dikee Pam Panga telah menjadi bagian dari kesenian.

Dalam kesenian tersebut kita dapat melihat bagaimana lantunan zikir dipadukan dengan gerakan tangan yang dilakukan sambil rebahan.

Namun, selepas wafatnya Tengku Hamzah pada tahun 1978, kesenian ini perlahan-lahan mulai pudar. Hal ini membuat  para kelompok kesenian berupaya melestarikan tradisi tersebut agar tak punah. Dan di pentaskan dalam perayaan Maulid Nabi.

Seiring berjalanya waktu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadikan Tradisi Dikee Pam Panga sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2022.

Hal ini memberikan semangat baru bagi warga dan pemerintah setempat untuk menjaga budaya itu agar tidak hilang ditelan kemajuan zaman.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Jaya, Abu Bakar mengatakan, penetepan tersebut menjadi kebanggaan bagi warga dan Pemerintah Aceh Jaya.

“Dikee Pam Panga harus dilestarikan agar generasi muda tidak lupa. Ini kekayaan budaya warga Aceh Jaya,” ucapnya saat dihubungi Kompas.id.

Irwandi (37), salah satu pelaku kesenian Dikee Pam Panga, menyampaikan terima kasih kepda pemerintah yang telah menetapkan tradisi Dikee Pam Panga sebagai Warisan Budaya Tak Benda .

“Saya berharap suatu saat dikee pam panga bukan hanya dimainkan oleh warga Aceh Jaya, tapi menjadi seni budaya warga Provinsi Aceh dan Indonesia,” imbuh Irwan. 

Penulis
Weliya Alfin Robeth Khoironi
Editor
Zulfikar

Tags :