Tradisi Debus Sebagai Media Penyebaran Islam yang Mengalami Pergeseran

Selasa, 03 Januari 2023 - 00:13
Bagikan :
Tradisi Debus Sebagai Media Penyebaran Islam yang Mengalami Pergeseran
Seniman tradisional dari Padepokan Putra Galunggung mementaskan aksi seni debus di kawasan Wisata Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, [foto: ANTARA FOTO/Adeng Bustomi]

alfikr.id, Banten- Tradisi yang sering menampilkan atraksi memakan api, berjalan di atas bara api, dan menusuk lidah dengan jarum, bahkan menusuk perutnya dengan golok. Atraksi yang tak lazim itu di kenal dengan tradisi debus.

Tradisi Debus merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat di Provinsi Banten. Tradisi tersebut merupakan salah satu kesenian yang memanfaatkan kekuatan tubuh kebal terhadap benda tajam atau senjata.

menukil dari republika.co.id Nama Tradisi debus sendiri diambil dari Tarikat al-Rifa'iyah , sehingga tradisi tersebut lebih sering dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Rifa'i, atau al-Madad (dalam permainan disebut kata al-Madad/ penolong).

Pada saat itu masyarakat setempat masih mempercayai kebiasaan nenek moyang sebagai agama mereka. Sehingga Nurrudin Ar-Raniry sebagai salah seorang tokoh memperkenalkan tradisi tersebut sebagai upaya mengenalkan Islam melalui atraksi melukai diri, sambil membaca doa-doa dari Al-Qur'an sebagai upaya memohon keselamatan.

Sehungga Tradisi Debus mulai dikenal luas oleh masyarakat Banten pada abad ke-16 di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Namun pada masa Sultan Rafiudinn kesenian debus sempat hilang akibat lemahnya sitem Kesultanan Banten pada saat itu. Setelah berapa tahun lamanya, tepatnya pada tahun 1960-an, Kesenian debus lahir kembali, namun dalam bentuk atraksi hiburan.

Namun seiring perkembangan zaman, kesenian tersebut suda mengalami akulturasi dengan tradisi lokal lainnya di Banten dan unsur-unsur lokal dari Pra-Islam. Sehingga sulit untuk membedakan antara ritual tarekat dan ritual debus.

Kesenian debus hanya ditampilkan dalam acara-acara besar seperti acara adat pernikahan, acara sunatan, perayaan besar keagamaan, hari kemerdekaan serta tampil untuk menyambut wisatawan yang berkunjung.

Didalam kesenian debus tentunya memerlukan berbagai perlengkapan untuk menunjang atraksi sehingga dapat memberi daya tarik.

Pertama adalah busana pemain debus yang terdiri atas lomar (ikat kepala), baju kampret, dan celana pangsi. Kedua adalah peralatan kesenian yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan debus, dengan beberapa jenis sesuai alirannya

Debus juga tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Pemain haruslah orang yang sudah terlatih dan menjalani ritual sebelum atraksi.

Penulis
Zulfikar
Editor
Imam Sarwani

Tags :