Satu Abad NU, Gus Fayyadl: Cita-cita Sosial NU Masih Jauh dari Kenyataan
Kamis, 09 Februari 2023 - 13:39Alfikr.id, Probolinggo - “NU tidak dirintis Untuk politik, NU memang berpolitik tapi bukan politik tujuan utamanya. NU tidak dirintis untuk ekonomi. NU memang bermuamalah, namun NU bukan badan ekonomi. NU dirintis untuk menjalankan amanah menjaga sunnah Nabi dari gerusan zaman,” tegas Gus Muhammad Al-Fayyadl dalam story WhatsApp-Nya.
Gus Fayyadl menerangkan, barangkali NU merupakan satu-satunya ormas yang berawal dari gerakan pendidikan dan tradisi keilmuan (pesantren), namun memiliki misi yang komprehensif hampir di semua bidang kehidupan ekonomi, sosial, politik, umat Islam di Indonesia.
“Barangkali yang belum diurus NU soal flora dan fauna, belum ada organisasi NU untuk merawat satwa liar yang hampir punah,” tutur beliau.
Di sisi lain, Gus Fayyadl menuturkan bahwa bidang pengembangan sosial (mabarrot) merupakan bidang yang cukup “terlambat” digarap NU.
“Bahkan seabad ini, NU belum punya banknya sendiri yang non-riba. Belakangan, perhatian NU pada masalah lingkungan mulai muncul, tapi terasa lambat,” ungkap beliau.
Keterlambatan itu, Gus Fayyadl melanjutkan karena persentase terbesar NU masih menjaga tradisi mengaji; seiring makin langkanya ulama. Tapi, tradisi ini makin terancam dengan datangnya arus Islam populer yang serampangan membid’ahkan tradisi islam.
“Kita maklum. Tapi Harus mengejar ketertinggalan,” tegas Gus Fayyadl. “Cita-cita sosial NU mewujudkan warga negara yang mandiri dari negara dan pasar masih jauh dari kenyataan,” imbuhnya.
Sikap Pemerintah terhadap Warga NU
Penulis buku Filsafat Negasi ini juga menyinggung sikap pemerintah terhadap warga NU di akar rumput. Gus Fayyadl mencontohkan kasus pembangunan bandara di Kulon Progro, kasus Wadas, dan pelbagai kebijakan infrastrukturnya yang dijalankan dengan riwayat kekerasan.
“Sejak kebijakan oligarki presiden Jokowi dan rekanan pejabat-pengusaha nya banyak melibas NU di daerah, alfaqir illalah merasa pemerintahan sekarang belum benar-benar berpihak kepada warga NU,” tegas Gus Fayyadl.
Dalam salah satu status WhatsApp, Gus Fayyadl menampilkan sebuah foto dengan petani di Kulon Progo yang menangis. Di caption foto itu, beliau menuturkan bahwa tangisan tersebut yang akan selalu mengingatkan beliau sebagai warga Nahdliyin.
“Bahwa tugas menjaga NKRI yang urgen, adalah memastikan rakyat Indonesia memperoleh keamanan dan keselamatan dalam kepemilikannya dari kepentingan segelintir investor,” pungkas Gus Fayyadl.
“Kalau beliau-beliau (pemerintahan, red) mau diakui NU, ya harus taubatan nasuha dulu dari kebijakan noeliberalnya. Barulah kami warga NU salut dengan ke-NU-an panjenengan, wahai bapak Presiden dan menteri-menterinya,” tutup beliau dengan emoticon tertawa.