Ingatlah Kematian Perbanyak Amal Saleh
Selasa, 11 Februari 2025 - 13:06
alfikr.id, Probolinggo- Persis di depan kamar Asrama Mahasiswa Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, para mahasiswa duduk bersila. Mereka menyimak dan mencatat setiap penjelasan yang disampaikan oleh Kepala Madrasah Diniyah Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ustadz Saili Aswi dalam praktek tajhizul jenazah, Jumat (07/02/25) Malam.
Di atas meja yang
berlapis kain hitam, tampak sosok yang telah dibungkus kain kafan sebagai objek
peragaan. Ustadz Saili Aswi mengingatkan bahwa kematian adalah sebuah kepastian
yang tak terpisahkan dari siklus kehidupan, karena setiap manusia, tanpa terkecuali,
pasti akan mengalaminya.
Mengutip perkataan Syekh
Yazid Al-Busami, Saili Aswi menjelaskan bahwa seseorang yang ditinggal wafat
oleh keluarganya, tidak boleh disebut sahibul musibah. Sebab kematian bukanlah
sebuah musibah, tetapi antrian yang pasti akan dilalui oleh setiap insan.
Lalu, kapan kematian itu? Saili Aswi menambahkan, hidup di dunia dari hari ke hari tanpa ada
yang tahu kapan ajal menjemput. Sedangkan kematian tidak menunggu seseorang
menjadi tua, dan juga tidak menunggu seseorang sakit dahulu. Bahkan tak sedikit
orang yang tampak sehat tiba-tiba meninggal.
Menjelang ajal, kata
Saili Aswi, Rasulullah SAW, manusia paling mulia, juga merasakan dahsyatnya
sakaratul maut, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari. Namun, bagi mereka yang hidup dengan ketakwaan, kematian justru menjadi
saat yang dinanti.
إِنَّ
لِلْمَوْتِ سَكَرَات
Artinya: “Sesungguhnya
kematian itu memiliki sakarat (sakit yang dahsyat).” (HR. Bukhari).
Dalam kitab Ihya’
Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia sering lalai dalam
mengingat kematian, padahal kesadaran akan kematian merupakan cara terbaik
untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut Imam Al-Ghazali,
dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Karena itu, manusia harus
selalu bersiap menghadapi kematian dengan memperbanyak amal saleh dan menjauhi
maksiat.
Selain itu, Imam
Al-Ghazali menganjurkan agar kita senantiasa mengingat kematian, bukan dengan
rasa takut, tetapi dengan kesadaran penuh yang mendorong pada amal kebaikan.
Sebab, kematian adalah kepastian, dan yang terpenting adalah bagaimana kita
mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan husnul khatimah.