Wisuda XI Ma'had Aly Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini: Ungkapkan Rasa Syukur dengan Menebar Ilmu

Minggu, 23 Februari 2025 - 20:55
Bagikan :
Wisuda XI Ma'had Aly Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini: Ungkapkan Rasa Syukur dengan Menebar Ilmu
Potret KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid saat menyampaikan sambutan. [Sumber foto: Alfikr.id/Abdul Rofid Juniardi]

alfikr.id, Probolinggo- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, tekanan pentingnya menebarkan ilmu sebagai bentuk rasa syukur bagi para wisudawan Ma'had Aly Nurul Jadid. Pesan tersebut ia sampaikan dalam acara Wisuda XI Marhalah Ula (M1) dan Marhalah Tsaniyah (M2) yang berlangsung di Aula I Pesantren Nurul Jadid, Ahad (23/2/2025). 

“Bersyukur tidak cukup hanya dengan membaca Alhamdulillah atau menggelar seremonial seperti ini. Lebih dari itu, rasa syukur harus diwujudkan dengan mengamalkan ilmu yang diperoleh, terutama dalam mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan,” dawuh KH. Moh. Zuhri Zaini.  

Beliau menegaskan bahwa para santri yang telah mendalami ilmu agama memiliki kewajiban untuk berdakwah dan menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya, Ma'had Aly Nurul Jadid telah membekali para santri dengan pengalaman pengabdian selama satu tahun sebagai bagian dari program pengugasan.  

“Masa pengabdian itu adalah modal awal bagi santri untuk membangun kemampuan beradaptasi di masyarakat, sehingga mereka tidak mudah menyalahkan kebiasaan yang sudah ada. Selain ilmu agama, santri juga harus terus mengembangkan diri dalam berbagai bidang,” jelasnya.  

KH. Moh. Zuhri Zaini kemudian mencontohkan metode dakwah KH. Zaini Mun'im dalam menghadapi tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ia menceritakan bahwa pada masa awal kedatangan KH. Zaini Mun'im di Tanjung, masyarakat setempat memiliki kebiasaan memberikan sesajen kepada makhluk halus sebelum panen. Alih-alih langsung agama, Kiai Zaini memilih cara yang lebih bijak.  

“Beliau tidak serta-merta Islam, melainkan menggantinya dengan tradisi tahlilan di sawah. Masyarakat tetap membawa makanan, tetapi setelah didoakan, mereka makan bersama. Dengan cara yang halus dan tanpa perasaan tersinggung, perubahan bisa diterima dengan baik,” tutur beliau.  

Dalam kesempatan tersebut, KH. Moh. Zuhri Zaini juga mengingatkan para wisudawan bahwa pernikahan bukanlah akhir dari perjalanan mencari ilmu, melainkan awal untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Beliau juga menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka.  

“Pendampingan orang tua tidak hanya sampai di tahap ini, tetapi harus berlanjut di masa yang akan datang. Anak harus berjuang keras untuk belajar, sementara orang tua berusaha membiayai pendidikan mereka. Keduanya harus saling bersinergi,” tutupnya.

Penulis
Moh. Dzikrillah
Editor
Saipur Rahman

Tags :