Kerjasama Kunci IAI Nurul Jadid Jadi Kampus Terkemuka
Selasa, 24 Januari 2017 - 20:17PROBOLINGGO, ALFIKR.CO – KH. Abdul Hamid Wahid, M. Ag, dikukuhkan sebagai Rektor Institut Agama Islam (IAI) Nurul Jadid, Karanganyar, Paiton, Probolinggo, untuk periode 2017-2022. Serah terima jabatan Rektor dilaksanakan sederhana di gedung Pasca Sarjana IAI Nurul Jadid, Selasa (24/1/2017).
Serah terima jabatan dari DR. KH. Maltuf Siroj selaku mantan rector kepada Kiai Abdul Hamid Wahid, dihadiri Ketua Yayasan sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, beserta segenap jajaran civitas akademika IAI Nurul Jadid.
Dalam sambutannya, Kyai Hamid mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak yang telah memberikan kepercayaan menjadi Rektor IAINJ. Kepada mantan Rektor Kiai Maltuf Siroj yang telah membantu mengembangkan IAINJ, Kiai Hamid memberikan apresiasi yang cukup besar.
“Kegiatan dan pencapaian yang telah dilakukanrector sebelum saya, termasuk semua laporanyang saya terima, telah mencerminkan perkembangan dan kemajuan yang cukup menggembirakan di IAI Nurul Jadid,” sambut Kiai Hamid.
Sebagai rektor baru, Kiai Hamid ingin melanjutkan yang sudah dilakukan sebelumnya sekaligus memperbaiki apa yang telah ada saat ini. Dengan tujuan, kedepan IAI Nurul Jadid lebih berkembang lebih baik lagi.
Pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PP IPNU ini yakin, dengan hubungan yang baik selam ini, akan dapat memberikan layanan yang baik pula kepada civitas akademika, baik mahasiswa, dosen, karyawan maupun alumni.
“Insyaallah jika kita bekerja keras membawakampus ini menjadi perguruan tinggi yang terkemuka. Tentu bukan hal yang terlalu sulit jika kita bekerja bersama-sama,” tegasnya
Sementara KH Zuhri Zaini mengatakan, dalam mengembangkan dunia pendidikan yang harus didahulukan adalah Sumber Daya Manusia(SDM) bukan infrastruktur.
“Di mana-mana SDM harus di dahulukan, setelah itu baru infrastruktur seperti fasilitas beribadah dan sebagainya untuk memajukan lembaga pendidikan,” ujarnya.
Kiai Zuhri melanjutkan, di sisi lain yang harus diperhatikan yakni membangun moral mahasiswa maupun mahasiswi. Lebih-lebih yang bersetatus santri. Selama ini, hubungan mahasiswa IAI Nurul Jadid dengan mahasiswa di luar pesantren sudah menjadi hal yang biasa. Namun moralitas harus dijunjung tinggi.
“Identitas mahasiswa berbasis pesantren dengan mahasiswa di perguruan tinggi non pesantren harus beda. Cara membedakannya yakni moralitas,” ungkap Kia Zuhri.