74 Tahun Hari Polisi Wanita, Begini Sejarah Berdirinya Polwan

Kamis, 01 September 2022 - 03:25
Bagikan :
74 Tahun Hari Polisi Wanita, Begini Sejarah Berdirinya Polwan
Polisi wanita pertama (Museum Polri)

alfikr.id, Probolinggo-"Sekarang anggota Polri lebih-kurang 400 ribu, sementara jumlah anggota polwan lebih-kurang 30 ribu, berarti hampir 10 persen,” kata Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, seperti dikutip dari tirto.id, saat peringatan Hari Kartini di Jakarta pada, (25/04/18) lalu.

Mantan Kapolri ini  menginginkan presentase jumlah anggota Polisi Wanita (Polwan) bisa lebih meningkat lagi. Bahkan, dirinya berharap semakin banyak polisi perempuan yang menempati posisi-posisi strategis di kepolisian. Namun, apakah itu bisa terwujud mengingat sejarah panjang perkembangan Polwan yang terkadang kurang menggembirakan?

Polwan sejatinya sudah ada sejak zaman perang kemerdekaan dengan berbagai macam dinamika dan persoalannya. Dilansir dari tirto.id, jika kesatuan polisi wanita di Indonesia pertama kali dihadirkan pada 1 September 1948, tepat hari ini 74 tahun silam. Kala itu, anggota Polwan hanya ada 6 orang saja.

Perjalanan tahun 1948 itu diselingi guncangan yang melanda Indonesia. Belum lama merdeka, Belanda sudah datang lagi, berambisi merebut kekuasaan kembali. Serangan demi serangan digencarkan, perundingan demi perundingan dilanggar, Indonesia dalam situasi darurat. Banyak penduduk mengungsi, menjauhi titik-titik pertempuran demi keselamatan diri dan keluarga. Tapi, Indonesia juga harus tetap cermat dan siaga lantaran gelombang pengungsi rawan disusupi mata-mata musuh.

Yang menjadi persoalan, tidak semua pengungsi perempuan mau diperiksa oleh petugas laki-laki, terlebih secara fisik. Hal ini cukup menyulitkan, karena bisa saja Belanda mengirimkan wanita pribumi sebagai mata-mata.

Sebagai upaya untuk mengatasi itu, menukil dari buku 20 Tahun Indonesia Merdeka: Volume 3 terbitan Departemen Penerangan (1966), pemerintah RI memberikan mandat kepada Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bukittinggi untuk membuka pendidikan kepolisian bagi perempuan (hlm. 801).

Tercatat, ada enam orang gadis remaja lulusan sekolah menengah untuk mengikuti pendidikan kepolisan wanita tersebut. Keenam perempuan itu adalah Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniar Sukotjo, Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher, semuanya berdarah Minangkabau.

Penulis
Abdul Razak
Editor
Adi Purnomo S

Tags :