KKPS Menggelar Pengenalan Pengantar Filsafat bagi Mahasiswa Baru UNUJA
Sabtu, 17 September 2022 - 04:56alfikr.id Probolinggo- Paguyuban Kelompok Kajian Pojok Surau (KKPS) mengadakan Open Recruitment bagi mahasiswa baru Universitas Nurul Jadid, bertempat di Pondok Mahasiswa (POMAS) putra lantai 2 Pondok Pesentren Nurul Jadid, pada Jum'at malam (16/09/22). Sebanyak 55 mahasiswa ikut serta dalam acara tersebut.
Acara dimulai dari pembukaan, sambutan Kepala Sekolah KKPS, koordinator setiap angkatan, penutup dan dilanjut dengan pembekalan awal pengantar filsafat. Dalam sambutan pertama, Imam Sarwani, Kepala Sekolah KKPS menegaskan tidak ada paksaan untuk berproses di KKPS. “Siapa saja boleh ikut,” tegasnya.
Di waktu yang sama, koordinator setiap angkatan di KKPS juga melanjutkan acara tersebut dengan memperkenalkan diri dan memberikan motivasi kepada seluruh calon anggota baru. Salah satu Koordinator angkatan 2019, Muslim Abdurrahim menyampaikan, bahwa sejarah KKPS bermula di pojok Musala Riyadhus Sholihin.
“Kajian di KKPS tentang Filsafat dan kita diajarkan salah satu untuk membuang ego,” kata Muslim.
Di sisi lain, senada dengan beberapa penjelasan koordinator angkatan, Arwin sebagai perwakilan angkatan 2014 menjelaskan, bahwa KKPS itu paguyuban. Ia menegaskan bahwa dalam berproses semuanya setara.
“Tidak ada yang cerdas, semua bodoh. Semuanya setara tidak ada yang unggul,” tegasnya.
Setelah perkenalan antara senior KKPS dan calon anggota baru dicukupkan, Imam Sarwani memberi materi pengantar filsafat kepada calon anggota baru. Pemaparan ini merupakan sesi paling penting. Di awal penjelasannya. Imam memantik dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis dan penjelasan tentang metode berpikir filsafat.
Ia menambahkan bahwa dalam berfilsafat, khususnya di KKPS adalah untuk menemukan pemahaman yang sama dalam mendiskusikan kajian filsafat. “Belajar filsafat bukan hanya berpikir, tetapi juga menggunakan data atau referensi yang kuat sebagai bahan kajian,” terangnya.
Menurut Imam, berfilsafat tidak akan mencapai kebenaran yang absolut. Sebab sejatinya orang yang belajar filsafat selalu mencari “kebenaran”. Hal itulah, kata Imam, yang dinamakan filsafat. Di samping itu, Imam menjelaskan, dalam belajar filsafat diharuskan skeptis agar terus mencari kebenaran.
“Jadi belajar filsafat tidak semudah yang kita pikirkan, akan tetapi selalu berpikir kritis,” imbuhnya.
Di akhir pemaparannya, Imam menawarkan strategi dan cara agar tidak bosan membaca buku. “Jangan sekadar membaca buku filsafat, tapi buku yang lain juga. Untuk menambah wawasan,” jelasnya.