Sejak Dini Belajar di Pesantren: Kisah Santri Baru di Nurul Jadid

Selasa, 16 Juli 2024 - 03:52
Bagikan :
Sejak Dini Belajar di Pesantren: Kisah Santri Baru di Nurul Jadid
Potret Orientasi Santri Baru (OSABAR) yang berlangsung di Aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sabtu (13/07/2024). [Sumber Foto: Alfikr/Aisyah]

alfikr.id, Probolinggo- Ketika pintu depan Aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid dibuka, sekelompok santri baru putri menyambut dengan wajah ceria. Mereka duduk bersila, berbincang dengan akrab, dan sesekali tertawa tentang pengalaman mereka selama mengikuti Orientasi Santri Baru (Osabar). Malam itu, hari kedua Osabar, suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan, di Aula riuh dengan tawa dan canda para santri baru, Sabtu (13/07/2024). 

Di tengah keramaian itu, Kiran, santri baru asal Lamongan, tampak aktif berpartisipasi dalam permainan estafet gelas. Bersama teman-temannya, ia tertawa dan bersorak, menikmati setiap momen permainan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mempererat hubungan di antara mereka. Awalnya, Kiran merasa asing dan rindu rumah, namun Osabar membuatnya bisa beradaptasi dan mulai merasakan indahnya menjadi santri.

“Saya jadi tambah semangat untuk belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid,” kata Kiran dengan mata berbinar.

Namun, tidak semua santri baru merasakan kegembiraan yang sama. Di sudut ruangan, seorang santri duduk murung, terlihat lelah setelah dua hari penuh aktivitas Osabar. Aktivitas di pesantren yang padat, berbeda dengan di rumah, membuat Kurri Aina Aliyah merasa berat. Meski demikian, ia berusaha ikhlas untuk tinggal jauh dari orang tua dan berkomitmen belajar di pesantren.

Potret seorang santri baru terlihat lelah setelah dua hari mengikuti OSABAR, Sabtu (13/07/2024). [Sumber Foto: Alfikr/Aisyah]

"Saya senang ikut Osabar, tapi Osabar itu bikin capek. Capek sama bahagia jadi satu, terus bikin ngantuk, tapi saya harus tetap semangat buat bahagian orang tua saya," ungkap Kurri Aina Aliyah sambil tersenyum lemah.

Selain itu, tantangan lain yang harus Kurri hadapi adalah harus mengantri panjang untuk mandi dan merasa takut ditinggal sendirian. “Ngantri jedding yang lama, gak punya temen, takut ditinggal sendirian,” katanya saat diwawancarai.

Meski ada yang merasa letih, Osabar berhasil menciptakan ikatan yang kuat di antara para santri baru. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk mengajarkan mereka tentang pentingnya kerjasama dan adaptasi di lingkungan baru. Saat malam semakin larut, suasana semakin meriah dengan berbagai pertunjukan yang menghibur. Santri-santri baru bertepuk tangan dan bersorak memberikan semangat kepada para penampil.

Kebersamaan dan keakraban para santri baru terjalin erat malam itu di Aula II Pondok Pesantren Nurul Jadid. Meski lelah, mereka menemukan semangat dan motivasi baru untuk menjalani hari-hari mereka di pesantren. Osabar bukan hanya sekedar orientasi, tetapi juga awal dari perjalanan panjang mereka dalam mengejar ilmu dan mempererat persaudaraan di lingkungan baru yang penuh tantangan.

Kiran, meski di awal merasa asing dan rindu rumah, kini telah menemukan tempatnya di Nurul Jadid. Dengan penuh semangat, ia bertekad untuk terus belajar dan menikmati setiap momen yang ada. “Saya jadi tambah semangat untuk belajar di Pondok Pesantren Nurul Jadid,” ucapnya.

Penulis
Aisyah
Editor
Ibrahim La Haris

Tags :