KH. Moh. Zuhri Zaini: Menjadikan Aktivitas Sehari-hari sebagai Ibadah dengan Niat dan Cara yang Benar
Senin, 06 Januari 2025 - 13:36alfikr.id, Probolinggo- Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, menjelaskan bahwa aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, tidur, dan kawin adalah kebutuhan setiap makhluk hidup. Namun, aktivitas ini dapat menjadi ibadah jika dilakukan dengan niat yang baik dan cara yang benar misal sebagai wasilah (pelantara) untuk menjalankan ibadah kepada Allah.
“Makan dan minum bisa jadi ibadah kalau caranya benar, niatnya juga benar. Kita makan dan minum agar kita punya energi atau kemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada Allah,” terang Kiai Zuhri dalam Kuliah Tasawuf ke-12 di musala Riyadus Sholihin Pondok Pesantren Nurul Jadid, Kamis (26/12/2024) Malam.
Allah berfirman: “Kulu wasrabu wala tusrifu” yang artinya: “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan-lebihan” (QS Al-A'raf: 31). Selain itu, dijelaskan dalam QS Al-Mu'minun: 51, “Ya ayyuharrasulu kulu minat tayyibat wa'malu sholihat” yang artinya: “Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh.”
Selain itu, Kiai Zuhri melanjutkan, menggembirakan hati orang lain dengan senyum, termasuk bagian dari ibadah. “Jadi ibadah itu pengertiannya sangat luas dan mendalam. Jangan hanya di batasi pada ibadah-ibadah pokok,” dawuhnya.
Para ulama pernah berkata, “Al-Qoimu bi Huquqillah wa Huquqi 'Ibadi”, yang berarti: “Orang yang menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba-Nya.” Hak-hak Allah mencakup ibadah seperti shalat, puasa, zakat, taat kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mensyukuri nikmat, dan bertawakal kepada-Nya.
Sedangkan hak-hak manusia meliputi adil, jujur, menolong sesama, tidak merugikan orang lain, serta memenuhi janji. Dengan menunaikan kedua hak ini, seseorang menjalankan kewajibannya kepada Allah dan peran sosial dengan seimbang.
Menurut Kiai Zuhri, seseorang yang rajin salat, puasa, atau qiyamul lail belum sepenuhnya disebut sebagai orang yang soleh, jika ia masih mengabaikan hubungan baik dengan tetangganya. Misalnya sering mengganggu, atau tidak peduli dengan sesama.
“Kalau hubungan kita baik dengan Allah pasti berdampak baik pada sesama makhluk. Sebab Allah memerintahkan kita berbuat baik kepada makhluk, bukan hanya manusia dengan hewan pun,” katanya.