Jejak Peninggalan Islam di Benteng Suo-Suo Pulau Tomia

Kamis, 01 September 2022 - 20:46
Bagikan :
Jejak Peninggalan Islam di Benteng Suo-Suo Pulau Tomia
Gerbang masuk menuju benteng Suosuo. FOTO: RIAL HADI RAHMAWAN/TRIBUNBUTON.COM

alfikr.id, Buton-Susunan batu mengelilingi lahan seluas kira-kira dua hingga tiga kali lapangan sepak bola. Susunan batu gunung disusun tanpa perekat. Lebar dinding benteng satu hingga dua meter dengan tinggi sekitar 1,5 hingga 6 meter. Benteng itu terletak di atas puncak gunung tertinggi di Pulau Tomia. 

Benteng yang berada di Desa Kahianga, Kecamatan Tomia Timur, Kabupaten Wakatobi itu bernama Benteng Suo-Suo yang berbatasan dengan tebing curam. Konon lokasi strategis ini yang menjadikan benteng sulit ditembus musuh. Benteng ini memiliki tiga lawa (gerbang) pintu masuk. yakni lawa nata, lawa rakia, dan lawa liku sowa.

Di area benteng  jejak Islam banyak ditemukan. Di sisi luar benteng terdapat makam Sibatara (koburu karama). Ia merupakan putra penyebar Islam di Pulau Tomia, Ince Sulaiman. Sedangkan di bagian dalam benteng terdapat masjid tua yang dibangun Encik Sulaiman sekitar awal abad XVI. Kondisi masjid itu kini tinggal puing-puing pondasi. 

Di sisi selatan masjid ada puncak tertinggi Tomia. Lokasi itu dipercaya menjadi proses Temba’a Nu Komba (pengamatan hilal). Sedangkan di sebelah masjid terdapat  bekas Dawiah Insan Kamil yang dahulu merupakan tempat pendidikan agama Islam.

Konon Jauh sebelum  benteng Suo-Suo dibangun, mubaligh Islam pertama datang, yakni Ince Sulaiman. Kala itu ia berdakwah dan mengislamkan penduduk Tomia. Dilansir dari TRIBUNBUTON.COM La Ode Djafar merupakan cucu dari juru kunci terakhir Benteng Suo-Suo. Ia menceritakan, Raja Patipelong merupakan orang pertama yang menerima Islam.

"Itu terjadi Ketika Ince Sulaiman berhasil menyembuhkan penyakit kulit yang diderita kedua putrinya Wa Singkujalima dan Wa Singkusariga," ungkapnya kepada Wartawan TRIBUNBUTON.COM.

Setelah menyembuhkan penyakit kulit putri raja, Ince Sulaiman kemudian menikahi  putri Raja Patipelong bernama Wa Singkujalima. Dari pernikahan itu dikaruniai seorang putra bernama Sibatara. Setelah mengislamkan orang Tomia, Ince Sulaiman melanjutkan misi dakwah ke Indonesia bagian timur.

Dakwah Islam kemudian dilanjutkan oleh putranya Sibatara dan dua murid Ince Sulaiman bernama Kafalijinni (Awaludin) dan Sampaga.

Penulis
Zulfikar
Editor
Adi Purnomo S

Tags :