Dewan Pendidikan: Pemkab Tak Komitmen Perbaiki Sekolah di Enrekang
Kamis, 06 Oktober 2022 - 22:38alfikr.id, Enrekang - Siswa-siswi
asal Enrekang, Sulawesi Selatan terpaksa belajar di kolong jembatan karena
sekolahnya rusak. Menurut Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, Adi Suryadi Culla,
Pemkab Enrekang telah abai memperbaiki tempat belajar para siswa, serta tidak
menjalankan komitmen pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
"Siswa belajar di kolong rumah warga
di Enrekang itu merupakan cerminan dunia pendidikan kita. Padahal seharusnya
pendidikan itu mendapatkan prioritas, karena amanah konstitusi secara jelas
bahwa tugas negara dan pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa," kata
Suryadi, dilansir dari detikSulsel.
Suryadi mengatakan, mutu pendidikan di
pelosok kurang diperhatikan oleh Pemkab Enrekang. Padahal, biaya pendidikan sudah
dianggarkan sebesar 20% Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Pemerintah tidak komitmen. Dalam aturan
pembiayaan pendidikan APBN atau APBD itu 20% untuk pendidikan. Pemerintah perlu
digugat terkait dengan amanah konstitusi itu," tegasnya.
Bukan hanya itu, Suryadi menyoroti sistem
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), menurutnya, kebijakan yang
dibuat sering menghambat kemajuan pendidikan nasional. Di antaranya, opsi
pembangunan gedung sekolah baru untuk sekolah yang tidak layak masih tidak ada.
Bahkan,
terdapat sistem yang lemah dari tanggungjawab Kementerian maupun Pemda dalam
segi pendidikan. Contoh kecilnya, menurut Suryadi, memang Kemendikbud
seringkali membuat kebijakan peningkatan mutu atau bantuan, namun tidak memperhatikan
kondisi setempat. Sehingga tidak tepat sasaran.
"Nah Pemkab Enrekang juga harusnya
tidak boleh diam dan abai realitas pendidikan tertinggal, harus segera
merespon. Perlu pendataan lebih akurat lagi, melakukan pemetaan lebih
serius," lanjutnya.
Jumurdin, selaku Kepala Dinas
Pendidikan (Disdik) Enrekang, sebelumnya telah memberitakan bahwa terdapat
ratusan sekolah di wilayahnya saat ini bangunannya tidak layak untuk di pakai. Sebenanya,
usulan berbaikan telah diajukan ke Kemendikbud, namun terlalu rumit dan belom tentu
disetujui oleh pusat.
"Kita akui di Enrekang ini memang
masih banyak sekolah yang kurang layak. Kita sudah mendata ada ratusan. Itu
meliputi SD dan SMP," kata Jumurdin kepada detikSulsel, Senin (26/9).
Seyogianya, kata Suryadi,
kendala saat ini dalam melakukan perbaikan gedung di sekolah ada pada sistem Kemendikbud.
Sebab pihaknya sudah mengusulkan sekolah-sekolah yang membutuhkan penanganan
cepat, akan tetapi sistem dari Kemendikbud Pendidikan tidak meng-cover usulan
tersebut.
"Sebenarnya Pemkab tidak membiarkan
kondisi sekolah seperti itu, tapi masalah utama kami ini adalah sistem
Kemendikbud," terangnya.
Alur yang perlu dilalui
terkait pengusulan perbaikan sekolah cukup panjang, apalagi operator sekolah
yang bersangkutan tidak jeli.
"Kami
kan melakukan usulan jumlah sekolah yang butuh perbaikan dan penanganan cepat
di Bappeda Enrekang. Lalu Bappeda kirim ke pusat, disinkronkanlah usulan ini ke
sistem Kemendikbud. Kemendikbud sinkronkan lagi ke sistem dapodik, kalau usulan
tidak sesuai dapodik biasanya mereka tidak cover. Padahal kan tidak semua operator
sekolah itu jeli," pungkasnya,
dilansir dari detikSulsel.